Puisi – Sang pujangga yang sedang merindu
Sang pujangga, Jemari lentikmu anggun mengokang laras puisi yang memuntahkan ribuan makna.
Indra perasa yang tanpa sentuhan fisik, melainkan sebuah indra perasa yang hanya dapat dirasakan oleh hati ini.
Cintamu adalah suatu keajaiban dan aku tidak percaya bahwa aku akan bisa memelukmu ketika akhirnya kembali. (sang pujangga)
Aku bukan malaikat yang bisa terus berada dikedua tanganmu, tapi doaku untukmu selalu ada dalam setiap sujud malamku
Sementara semua orang berbagi cerita tentang satu cinta sejati mereka, Aku hanya tetap di sini, berharap kau akan melirikku.
Aku telah menunggu cinta seperti ini sepanjang akhir hidupku, Sungguh melegakan menemukan seseorang yang sempurna untukku.
Anda akan mengerti ini pada suatu hari nanti, kau seperti sesuatu bagian yang telah hilang, sementara aku seperti teka-teki yang menunggu unutuk dipecahkan. (sang pujangga)
Jadi ketika kamu datang pada kehidupanku, kamu membuatku menjadi utuh, Aku bisa saja menebas suatu jarak, menyatukan sekat yang sudah lama memisah. Namun aku lebih memilih menunggu memang bukan hal yang mudah, tapi aku suka.
Aku bisa saja sabar sampai rindupun doa-doa deras mengalir di setiap hembusan udara, menyatu dalam relung jiwa dan perihal temu biarku serahkan saja pada waktu.
Ini masih terlalu pagi namun mimpi tentang dirimu telah membangunkanku dari rindu yang terjaga.(sang pujangga)
Aku suka berlama-lama dengan sepi, Sebab ia bisa menenangkan kegunaan hati, Tapi aku benci ketika rindu tiba-tiba turut menghampiri.
Lalu untuk apa kau biarkan hadir jika pada akhirnya Kau bukanlah kenyataan ku sebagai takdir.
Pada Jingga yang menawan ingin kuceritakan perihal melepaskan yang saat ini sedang aku usahakan ini.
Mulai Hilangkan rasa rinduku perlahan, kubiarkan tersapu angin hingga terbawa ke atas awan sebab rindu yang kujaga tidakah juga mendapat balasan.
Melangkahlah, kenang saja jatuhku bahwa aku sang pujangga yang merindu pernah tertatih menunggu sadarmu dengan letih.
Hadirmu serupa senja menebar segala keindahan dengan Jingga yang mempesona lalu tiba-tiba pergi menghilang tanpa ada sebuah kalimat perpisahan.