Puisi Joko pinurbo dan Kumpulan puisi terbaiknya

Photo of author

By Netcrot

Kumpulan puisi karya Joko Pinurbo 2000

Puisi perempuan senja

Perempuan itu telah berjanji bertemu senja di kuburan. Ia terlambat datang. Senja baru saja pergi dan hanya meninggalkan dedaunan kering dan kotoran burung di atas nisan (puisi joko pinurbo)

Ia melamun saja, mencari-cari wajah senja di cakrawala.
“Senja telah menyerahkanmu ke pelukanku,” tiba-tiba malam menepuk punggungnya dan hendak menciumnya.

Perempuan itu menjerit dan serta merta ditepisnya tangan malam yang hendak merebut wajahnya. Ia bergegas pulang dan malam menguntitnya terus dengan gerimisnya yang cerewet dan nakal.

Pagi mendapatkan tubuhnya yang telanjang di ranjang.
“Malam telah kubunuh di kuburan. Kau milikku sekarang.”
Tapi perempuan itu masih nyenyak tidurnya: mungkin ia sedang bermimpi dicium senja di makam. (2000)

Puisi joko pinurbo | Sakramen

Tubuhmu kandang hewan
tempat seorang perempuan singgah
melahirkan anaknya yang malang.

Tubuhmu bukit tandus
tempat kausalibkan Kristus
dan kaubiarkan ia mengalahkan ajal sendirian.

Tubuhmu gua batu
tempat jasadnya kau makamkan dan kau wartakan:
“Di tubuhku Tuhan bersemayam.”

Kau lama tak tahu, tak juga paham
pada hari ketiga kuburnya sudah kosong dan tubuhmu telah ia tinggalkan. Kau kini sibuk mencari ia di luar badan. (2000)

Puisi KAIN KAFAN

Kugelar tubuhku di atas ranjang
seperti kugelar kain kafan yang telah dibersihkan.

Siapa yang tidur di atas kain putih ini semalam?
Kutemukan bercak-bercak darah: gambar wajah yang kesakitan dan luka lambung yang belum disembuhkan.

Kulipat tubuhku di atas ranjang seperti kulipat kain kafan yang kaujadikan selimut tadi malam. (2000)

Puisi LUAS

Semalam sehektar ranjang.
Setahun sejengkal badan.

Kutempuh kau di hektar-hektar mimpi.
Di hektar-hektar sakit kau kujelajahi.

Tubuhmu jauh, menikung, curam.
Tubuhmu lebih luas dari ranjang. ( Puisi terbaik karya Joko pinurbo)

Puisi PEREMPUAN JAKARTA

Memang tampak cantik ia dengan celana merah menyala.
Senja berduyun-duyun mengejar petang mengejar malam.
Pada sebuah billboard masih juga ia bertahan dengan airmata yang disembunyikan.

Di jalanan para demonstran pesta pora mengibarkan kata mengibarkan celana.
“Ayo kita sergap dia!”
“Ayo tangkap saya!” ia menantang sambil ia pamerkan pantatnya yang matang.

Mereka lalu mengepungnya,
ingin meraih wajahnya, meraih sakitnya.

“Rebutlah aku!” ia merayu dan mereka siap menyerbu.

Perempuan pengembara.
Aku telah lihat ia punya rahasia.
Aku telah lihat tailalat kecil di teteknya, tailalat besar di pantatnya. Dan luka yang dalam dan kekal di sentral tubuhnya.

Memang tambah cantik ia dengan anggur darah di tangannya.
Kota akan kehilangan dia bila ia tak lagi di sana. (2000)

MEI: Jakarta, 1998 (puisi joko pinurbo)

Tubuhmu yang cantik, Mei telah kaupersembahkan kepada api.
Kau pamit mandi sore itu.
Kau mandi api.

Api sangat mencintaimu, Mei.
Api mengucup tubuhmu sampai ke lekuk-lekuk tersembunyi.
Dan api sangat mencintai tubuhmu sampai dilumatnya yang cuma warna yang cuma kulit yang cuma ilusi.

Tubuh yang meronta dan meleleh dalam api, Mei adalah juga tubuh kami.
Api ingin membersihkan tubuh maya dan tubuh dusta kami dengan membakar habis tubuhmu yang cantik, Mei

Kau sudah selesai mandi, Mei. Kau sudah mandi api.
Api telah mengungkapkan rahasia cintanya ketika tubuhmu hancur dan lebur dengan tubuh bumi;
ketika tak ada lagi yang mempertanyakan nama dan warna kulitmu, Mei. (2000) puisi joko pinurbo

DOA SEBELUM MANDI

Tuhan, saya takut mandi.
Saya takut dilucuti.
Saya takut pada tubuh saya sendiri.
Kalau saya buka tubuh saya nanti, mayat yang saya sembunyikan akan bangun dan berkeliaran.

Saya ini orang miskin yang celaka.
Hidup saya sehari-hari sudah telanjang.
Kerja saya mencari pekerjaan.
Tubuh saya sering dipinjam orang untuk menculik dan membinasakan korban.
Mereka bisa dengan mudah dihilangkan tapi di tubuh saya mereka tak dapat dilenyapkan.

Tuhan, mandikanlah saya agar saudara kembar saya bisa damai dan tenang di tubuh pembunuhnya. (2000)

DI SEBUAH MANDI

Di sebuah mandi kumasuki ruang kecil di senja tubuhmu.
“Ini rumahku,” kau menggigil. Rumah terpencil.
Tubuhmu makin montok saja.
“Ah, makin ciut,” kau bilang, “sebab perambah liar berdatangan terus membangun badan sampai aku tak kebagian lahan.”

Ke tubuhmu aku ingin pulang.
“Ah, aku tak punya lagi kampung halaman,” kau bilang.
“Di tubuh sendiri pun aku cuma numpang mimpi dan nanti mungkin numpang mati.”

Kutelusuri peta tubuhmu yang baru dan kuhafal ulang nama-nama yang pernah ada, nama-nama yang tak akan pernah lagi ada.
“Ini rumahku,” kautunjuk haru sebekas luka di tilas tubuhmu dan aku bilang: “Semuanya tinggal kenangan.”

Di sebuah mandi kuziarahi jejak cinta di senja tubuhmu. Pulang dari tubuhmu, aku terlantar di simpang waktu. (2000)

MEDITASI

Celana tak kuat lagi menampung pantat yang goyang terus memburu engkau.

Pantat tak tahan lagi menampung goyang yang kencang terus menjangkau engkau.

Goyang tak sanggup lagi menampung sakit yang kejang terus mencengkram engkau.

Telanjang tak mampu lagi melepas, menghalau Engkau. (2000)

SEHABIS TIDUR (puisi joko pinurbo)

Sehabis tidur lahan tubuh kita terus berkurang.
Kita belum sempat bikin rumah atau tempat perlindungan, diam-diam sudah banyak yang merambah masuk, bermukim
di jalur-jalur darah,
kapling-kapling daging,
bukit-bukit sakit,
ceruk-ceruk kenangan,
kuburan-kuburan mimpi,
jurang-jurang ingatan,
gua-gua kata,
di sumber-sumber igauan.
Berdesakan, berebut ruang, sampai kita kehabisan tempat, sampai harus mengungsi ke luar badan. (2000) Puisi terbaik karya joko pinurbo)

Leave a Comment