Puisi kehidupan selembar Harapan
Bergerak di atas selembar harapan tanpa batas.
Diujung jalan yang gelap itu
langit yang tak kenal tepi
Ditengah gurun
perburuan yang terjaring cuma
kambing-kambing tak berdaya
Dia menapakan lagi kakinya pada ratusan tangga berlumut, menyimpul senyumnya pada bias rana.
Gemelisik daun kering menyadarkanku
bahwa semestamu bukanlah aku.
Kerontang daun terseret angin
melebur menjadi luka hatiku
Manakala hujan datang menghampiri,
Ia serupa sajak yang belum usai
Untuk dibaca esok hari.
Aku rapalkan doa di setiap sujudku yang masih rapuh, meski kau tak mendengar tapi semesta ikut serta mengaminkannya
Puisi | Selembar Harapan
Kudobrak pintu hatimu untuk sekadar melihat sisa rindu yang sempat kutitipkan padamu. Ingin kuambil pecahan rindu itu, untuk kurangkai kembali menjadi utuh.
Kepada senja yang menyisakan tanya. Tolong beritahu malam bahwa rinduku semakin tenggelam.
Rindu yang mengajariku untuk merangkai puisi, dan cinta adalah tinta yang membuat jelas terbaca. Dan kamu adalah nafas dari jari-jariku untuk tetap bergerak di atas selembar harapan tanpa batas.
Jika Tuhan tidak menciptakan kamu dari tulang rusukku, pasti dia menciptakanmu dari senyumNya.
Sudah kubilang bulan malam ini terlalu indah untuk dinikmati sendiri, kemudian rindu datang dia bercerita tentangmu tentang kita… dulu.
Di ujung malam aku tercekat, mendambamu setiap saat.