Puisi sang penyair | Kumpulan puisi terbaik indonesia

Photo of author

By Netcrot

Kumpulan puisi karya penyair terkenal tanah air Indonesia

PRAJURIT JAGA MALAM
Karya : Chairil Anwar

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini

Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu……
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!

MALAM
Karya : Chairil Anwar

Mulai kelam belum buntu malam
kami masih berjaga
-Thermopylae?
– jagal tidak dikenal ?
tapi nanti… sebelum siang membentang kami sudah tenggelam hilang

LARUT MALAM SUARA SEBUAH TRUK
Karya : Taufiq Ismail

Sebuah Laskar truk Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu ‘Sudah Bebas Negeri Kita’
Di jalan Tuntang seorang anak kecil Empat tahun terjaga : ‘Ibu, akan pulangkah Bapa, dan membawakan pestol buat saya ?’

BAGAIMANA KALAU
Karya : Taufiq Ismail

Bagaimana kalau dulu bukan khuldi yang dimakan Adam, tapi buah alpukat,
Bagaimana kalau bumi bukan bulat tapi segi empat,
Bagaimana kalau lagu Indonesia Raya kita rubah, dan kepada Koes Plus kita beri mandat,

Bagaimana kalau ibukota Amerika Hanoi, dan ibukota Indonesia Monaco,
Bagaimana kalau malam nanti jam sebelas, salju turun di Gunung Sahari,
Bagaimana kalau bisa dibuktikan bahwa Ali Murtopo, Ali Sadikin dan Ali Wardhana ternyata pengarang-pengarang lagu pop,

Bagaimana kalau hutang-hutang Indonesia dibayar dengan pementasan Rendra,
Bagaimana kalau segala yang kita angankan terjadi, dan segala yang terjadi pernah kita rancangkan,

Bagaimana kalau akustik dunia jadi sedemikian sempurnanya sehingga di kamar tidur kau dengar deru bom Vietnam, gemersik sejuta kaki pengungsi, gemuruh banjir dan gempa bumi sera suara-suara percintaan anak muda, juga bunyi industri presisi dan margasatwa Afrika,

Bagaimana kalau pemerintah diizinkan protes dan rakyat kecil mempertimbangkan protes itu,
Bagaimana kalau kesenian dihentikan saja sampai di sini dan kita pelihara ternak sebagai pengganti
Bagaimana kalau sampai waktunya kita tidak perlu bertanya bagaimana lagi.

HANYA DALAM PUISI
karya : Ajip Rosidi

Dalam kereta api Kubaca puisi: Willy dan Mayakowsky. Namun kata-katamu kudengar Mengatasi derak-derik deresi.

Kulempar pandang ke luar Sawah-sawah dan gunung-gunung Lalu sajak-sajak tumbuh dari setiap bulir peluh, Para petani yang terbungkuk sejak pagi Melalui hari-hari keras dan sunyi.

Kutahu kau pun tahu Hidup terumbang-ambing antara langit dan bumi, Adam terlempar dari surga Lalu kian kemari mencari Hawa. Tidakkah telah menjadi takdir penyair Mengetuk pintu demi pintu dan tak juga

Ditemuinya Ragi hati yang tak mau menyerah pada situasi? Dalam lembah menataplah wajahmu yang sabar. Dari lembah mengulurlah tanganmu yang gemetar.

Dalam kereta api kubaca puisi turihan-turihan hati yang dengan jari-jari besi sang Waktu. Menentukan langkah-langkah Takdir Menjulur Ke ruang mimpi yang kuatur sia-sia. Aku tahu. Kau pun tahu dalam puisi Semuanya jelas dan pasti..

Puisi para penyair indonesia terbaik

Leave a Comment