Puisi keadilan bangsa | Dimana Keadilan Untuk Kami?

Photo of author

By Netcrot

Puisi keadilan bangsa | Dimana keadilan untuk kami

Keadilan jadi barang sukar, ketika hukum hanya tegak pada yang bayar.
Ambisi politik tentu wajar saja, selama pandai menginsyafi batasan etika.
Berpolitik jadi sebuah pilihan yang mesti dipertimbangkan, bagi siapapun yang menghendaki perubahan. Karena perubahan tak datang tiba-tiba, hanya berkat doa di tengah malam buta.

Nyawa manusia bukan tragedi tontotan dan statistik belaka, ya, lebih baik tidak berangkat terbang daripada tidak pernah tiba.
Apa karena hidup orang kecil patut menderita, dan orang miskin pantas terhina? Sebagai tumbal mereka tersisa jadi catatan kaki.
Di tengah pusaran kegelapan, kejahatan kerap dimaklumi sebagai kewajaran.
Tiap orang bisa punya mimpi, tapi tak semua bisa bangkitkan semangat tinggi.
Dalam kondisi darurat korupsi, pejabat negara tetap mencuri silih berganti. Sebanyak koruptor masuk penjara, sebanyak itu pula regenerasinya menggarong negara.
Wajah penjara cermin hukum negara, sungguh-sungguh atau pura-pura.
Tanah air adalah petak-petak yang harus diolah, tanah air adalah lautan yang harus dibelah.
Di pundak pemimpin yang bebas korupsi, di situlah masa depan negeri.
Berbuat untuk sebuah harapan, yang tidak lagi dikeluhkan tetapi diperjuangkan.
Dalam pengabdian memberi rasa aman, polisi menabung risiko kematian.
Bagaimana anak muda bisa diam ketika aparat justru miskin teladan.
Timur adalah kita yang terjaga lebih dulu, timur adalah Indonesia yang tak sabar menunggu.
Hukum yang dibiayai transaksi suap, membuat wajah peradilan begitu gelap.
Karena memilih lewat Pemilu, bukan seperti melempar dadu. Kita semua yang akan menentukan, nasib Indonesia di masa depan.
pemuda hari ini harus turun tangan, berkarya nyata menjawab semesta Indonesia.
Berbicara politik sebagai debat kebijakan, bukan kasak-kusuk elit berebut kekuasaan.
Banyak anak muda yang tumbang karena korupsi, mereka lupakan visi dan hanyut pada nikmat duniawi.

Leave a Comment