Cerpen patah hati | sang idola hati

Photo of author

By Netcrot

Sebuah cerita pendek (cerpen patah hati) tentang sang idola hati

Dingin sangat menyeruak pagi ini tetapi Dena tetap semangat bangun lebih pagi dari biasanya. Dikelas Dena, hari ini, ada ulangan harian matematika. Dena belajar dengan suasana tenang pagi itu. Tetiba, ” Dena…Dena…ayo segera bangun! Mau berangkat sekolah jam brapa kau nak.” teriak Bibi Ratna. Terkejut teriakan si bibi, Dena dengan terhuyung-huyung segara berdiri melihat jam dinding di kamarnya. “Ya Alloooooh!!!”….”Gubraaaaak!” Dena menabrak meja makan, berlalu sambil berteriak berpamitan dengan sang bibi. Dikayuhlah sepedanya dengan kencang agar segera sampai sekolah. Bibi Ratna hanya bisa menggeleng-geleng saja meskipun hati kecilnya bliau tersenyum

Bibi Ratna adalah orang yang ekspresif dalam kemarahan dan, sebetulnya, sangat baik serta sayang kepada Dena. Setelah, ibu Dena meninggal bliau mengambil alih semua urusan dan kepentingan yang berkaitan dengan Dena. Dena adalah anak spesial baginya meskipun pada awalnya Bibi Ratna tidak tau bagaimana merawat bayi umur 10 bulan karena bliau memang belum pernah punya anak.

Dena kecil sangat cantik dan penurut, bahkan sampai dia menginjak masa SMA yang suka membaca cerpen bedanya sekarang Dena sudah punya kemauan sendiri serta gejolak darah muda. Bibi Ratna hanya mengawasi Dena dan mengarahkan ke hal hal positif, meski beliau sadar, terlambat sekolah hampir setiap hari bukan hal positif buat Dena.

(Saat tiba di gerbang sekolah)

Beruntunglah Dena, dia tiba disaat injury time penutupan gerbang sekolah. Pak Min melihat Dena sambil menggelengkan kepala,” kau lagi..kau lagi…” Kapan kau jadi anak rajin Denaaa?” Dena hanya tersenyum sambil berlarian dengan teman temannya menuju kelas XII IIS-1. Kelas paling pojok dan paling ramai jika ada jam kosong pelajaran. Kelas yg juga paling terkenal dengan kebandelan para siswanya. Walaupun mendapat predikat jelek, solidaritas positif antar siswa di kelas tersebut patut diacungi jempol.

Saat Unggul mendapat musibah kebanjiran dirumahnya daerah Kampung Melayu, semua siswa dikelas tersebut berbondong bondong mendatangi rumah Unggul untuk kerja bakti. Solidaritas mereka juga terlihat dalam beberapa kesempatan seperti lomba antar kelas maupun saat berbagi makanan di kantin.

Dodi lah yang menjadi ujung tombak jika mereka ada di kantin. Memang, Dodi adalah pemudi tajir yg ayahnya adalah seorang pemborong tapi sayang Dodi hanya mendapat kecukupan materi alias harta. Ayahnya selalu keluar kota, entah pemborong apa dia tidak peduli. Ibunya entah pergi kemana, Dodi pun jg tak hiraukan karena setiap dia bangun pagi si ibu sudah tidak ada. Setiap hari hanya pembantunya yang selalu memenuhi kebutuhannya. Pembantu bagaikan ibu bagi Dodi.

Nyaris senasib dengan cerita cerita sinetron di televisi. Ironis memang. Tapi Dodi sangat berbeda, dia tidak serta merta menggunakan uangnya untuk foya foya. Dia punya usaha kedai yang dia rintis bersama sepupunya. Dia juga sering sekali bersedekah dan ibadah solat lima waktunya, benar benar terjaga. Itu semua dikarenakan pengaruh positif sang pembantu, Bik Isah.

Saat di sekolah

Pelajaran berjalan seperti biasa dan bagi Dena hari ini semua terasa berjalan perlahan. Itu dikarenakan ulangam harian matematikanya tidak berbuah hasil yang bagus alias nilai jelek. Dena merasa bahwa ini semua salah Bibi Ratna karena sudah berteriak kepadanya tadi pagi sehingga membuat semua hafalan dan materi yang dia pelajari hilang. “Huft…ini semua gara gara Bibi Ratna, aku remidi matematika.” Disaat Dena meratapi nasib remidiny, Topa datang menepuk pundaknya. “(Pleeek)

“Denok, nggak usah mikir….remidi itu bukan kiamat brath..g remidi g gaul Denoook, ” kata Topa sambil tertawa lepas. Ikut terbawa suasana gembira Topa akhirnya Dena.sedikit terhibur. Topa memang sobat dekat Dena. Cowok metroseksual yang selalu stylish. Dia satu satunya siswa yang berani memakai sepatu kets warna berbeda setiap hari ala ala selebgram di youtube. Cowok satu ini juga yang selalu nungguin Dena di gerbang sekolah untuk masuk halaman sekolah terlambat bersama sama. Benar and exactly correct pemirsah…..solidaritas tanpa batas dan itu keren menurut mereka berdua…hahahahaha.

Dari kekonyolan semua siswa kelas XII IIS 1, mereka punya kisah sama yaitu tentang idola dalam kehidupan mereka. Bahkan seperti Dena dan siswa lainnya yang juga yatim piatu pasti akan menjawab idola mereka adalah ibu atau ayah yang sudah meninggal. Tetapi yang tidak pernah terfikirkan oleh guru ataupun siswa dari kelas lain adalah adanya satu orang yang sangat diidolakan oleh semua siswa kelas XII IIS 1 yaitu Pak Min. Iyeess, that’s right! And absolutely correc! Yeah,Pak Min orang teridola di kelas terbandel. Padahal bliau yang setiap pagi selalu diberi wejangan, nasihat, kultum, hingga teriakan “kau…kau….” Bagi mereka di kelas XII IIS 1, Pak Min kisah inspiratif yang nyata di hadapan mereka. Ini bermula dari pertemuan Dodi dengan bapak tua yang biasa datang ke kedainya.

Awalnya si bapak hanya memesan makanan layaknya pembeli tetapi lama kelamaan si bapak mulai bertanya tentang sekolah Dodi dan diakhir bertanyalah tentang seseorang dengan pawakan cungkring berkumis seperti alis dan hitam, tidak laen adalah Pak Min. Seperti  veteran perang dunia, si bapak bercerita tentang asal usul pak Min.

Sang Idola Preman

Ternyata Pak Min dulunya adalah seorang preman yang sangat kejam pada masanya. Suka bermain judi online dan si bapak itu adalah anak buahnya. Menurut cerita si bapak, Pak Min pensiun dari kegarangannya sebagai seorang preman dikarenakan jatuh hati pada seorang gadis putri pemilik toko mas terbesar di daerah Tanah Abang dulu. Menikah dengan gadis berbeda kasta pada saat itu sangatlah sulit dan terhalang restu.

Namun kegigihan Pak Min membuahkan ,hasil nyata. Beliau akhirnya menikahi gadis pujaannya dengan syarat apapun yang terjadi Pak Min tidak boleh menjadi preman lagi. Mereka hidup bahagia di daerah pinggiran kota Bekasi dengan sederhana.

Pekerjaan Pak Min bukan lagi preman melainkan pedagang mainan anak yang sering berjualan di sekolah sekolah dasar di kota. Pagi bliau berangkat dan menjelang magrib baru tiba dirumah. Sayang, setelah sekian puluh tahun menikah Pak Min belum dikaruniai putra namun itu tak menjadikan Pak Min dan istri berkurang bersyukur dan berusahanya. Lalu datanglah kisah tragis dikarenakan akibat dari pernikahan tanpa restu.

Ayah si gadis tetap tidak menginginkan Pak Min dan berusaha keras membawa pergi anaknya dari Pak Min. Maka terjadilah, pengambilan paksa istri Pak Min oleh ayahnya. Sebenarnya Pak Min bisa melawan dan mencari istrinya dengan rekam jejaknya sebagai preman di ibukota yang tentu sudah banyak “kenalan” tapi niat itu urung karena janji bliau kepada sang istri sewaktu menikah dulu. Jadilah Pak Min yang sekarang, sang idola, yang cuman bisa marah dan tidak pernah main tangan pada siswa atau siapapun.

3 bulan kemudian

Tidak terasa kelulusan didepan mata. Dena dan teman sekelasnya lulus dengan baik dan memuaskan. Mereka sudah melewati hari hari di SMA dengan penuh warna. Dan time goes by, harus move on untuk masa depan mereka meskipun harus pula kehilangan sosok sang idola kelas XII IIS 1,Pak Min

Leave a Comment