Kumpulan puisi cinta romantis terbaik
Selalu ada yang tak diceritakan,
langit kepada hujan.
Entah pagi bersambut kabut,
Atau mendung yang bikin murung.
Waktu menguji kita dengan perpisahan, jarak menguji kita dengan rindu, dan air mata adalah hujan yang ikhlas jatuh di dada masing masing.
Serupa gelombang lautan, cinta datang saat kau diam, lalu tiba-tiba hilang saat kaukejar.
Cinta bisa memberikan cahaya
Pada mata yang sekalipun buta
Cinta juga bisa jadi petaka
Meski pada orang yang di surga
Ah, biarlah …
Cinta tak butuh kata-kata.
Aku membiarkanmu menikmati fase-fase tersulit dalam menahan rindu, maka izinkan aku mewujudkan mimpimu untuk mengalami fase terindah untuk melepas rindu.
Gemelisik daun kering menyadarkanku
bahwa semestamu bukanlah aku.
Kerontang daun terseret angin
melebur menjadi luka hatiku.
Setelah tidak dengannya, aku akan selalu mencoba untuk tetap baik-baik saja, sebab aku percaya perasaan itu datang tanpa direncanakan, dan pasti juga akan hilang tanpa direncanakan.
Tak semudah itu merangkai kata.
Jika pun sudah terangkai bibir tak bisa semudah itu mengatakannya. Dan masih terlalu rumit untuk di jelaskan. Diamku adalah mencintaimu !!
Tempo lalu
ketika langit menjadi saksi
dan kopi menjadi bukti
kita duduk di ambang pintu
menikmati suguhan langit bersama senja
terlalu kuno memang bagi para pengelana cinta
tapi kita selalu memiliki cara untuk bahagia.
Jauh di seberang, kapal tak kunjung menepi
Kecipak air berlabuh tak tahu ke mana harus bertambat
Tiada angin laut berembus, angin darat terus meraung
Pesisir tak lagi asin, pelaut tak kuasa tinggal
Jauh di ufuk matahari ingin pulang
Tak kunjung berlabuh dermaga sepi.
Manakala hujan datang menghampiri,
Ia serupa sajak yang belum usai;
Untuk dibaca esok hari.
Aku pernah mengagumi senja lebih dari segalanya, saat ini, aku lebih mengagumi aksara yang tertera melebihi warna jingga.
Dulu kau selalu menjadi alasanku untuk ‘pulang’.
Di kota yang membuatku mengenang segala kenangan yang kita lalui bersama, dulu. Namun, kini, semuanya berubah pilu dan kau tak lagi menjadi alasan dari kepulanganku.
Aku penasaran, seperti apa rasanya menyimak rinduku di balik layar, sambil kamu asyik menyandarkan pipi di bahu dia?
Banyak yang hilang dari kota ini, tapi satu yang tidak pernah hilang, bahkan berubah pun tidak: kamu.
Di hilangmu kali ini, tuan
Kunikmati saja perih yang meraja
Mungkin engkau tak berkehendak menengok hatimu
Namun, kutahu istanamu tak lagi terasa sama
Sejak kaubawa serta hatiku pulang ke sana.
Dari kotamu sempat kutemukan tenang dari dirimu sempat kutemukan nyaman. Kemudian engkau menghilang, tak kutemukan tenang di kota lain sayang.
Kupikir ini rindu.
Ternyata candu yang telah menjadi tabu.
Kupikir akan jadi romansa.
Ternyata hanya sebuah fatamorgana.
Di atas bangku taman itu, dulu, daun daun musim gugur, debu debu luruh, dan angin yang membisu, adalah saksi akan sebuah tunggu yang beribu.
Untukmu yang masih kutunggu, tabahku bagai bangku taman usang, yang rela dihujani dedaun musim gugur.
Aksara puisiku berserakan, berjatuhan serupa daun kering. Dengan peluh kupunguti satu persatu menjadi komposisi rindu yang aduh.
Semesta sangat suka melihatmu kesakitan menahan rindu, sebab kesakitan akan membuatmu memilih bertemu atau hanya terus merindu.
Puisi cinta romantis